Senin, 08 Desember 2008

RESENSI BUKU "Andai Buku Sepotong Pizza"

Apa yang menarik dari sepotong pizza? Toppingnya yang beraneka ragam jenis dari daging sapi, tuna, sosis hingga sayur-sayuran? Atau rasanya yang campuran gurih, manis, pedas, dan asin? Atau adonan dasarnya yang dibentuk dari terigu, mentega, telur, ragi, gula pasir dan susu cair? Atau bahkan keju mozzarella parut yang karena proses pemanggangan akan melumeri seluruh permukaan pizza? Mana yang bisa membangkitkan selera orang untuk menyantapnya? Sepotong pizza adalah makanan impor dari itali. Lalu, apa yang bisa membuat orang mau menyantap gado-gado yang asli

Gurihnya bumbu kacang yang membaluri sayur-sayuran matang di dalamnya? Atau justru sayuran yang beraneka ragam itu yang membuat orang tertarik untuk memakannya?Tinggalkan dulu sepotong pizza dan gado-gado itu. Apa yang membuat orang mau menyantap opor ayam yang dipenuhi santan kental? Apa yang membuat orang rela menunggu matangnya martabak telur untuk kemudian memakannya dengan acar ketimun? Apa yang membuat orang mau menyantap ayam goreng si kolonel yang katanya crispy and spicy itu? Bagaimana kalau berada di situasi di mana membayangkan sepotong pizza dan ayam goreng kolonel tidak membangkitkan selera makan? Jangankan bangkit, yang timbul malah perasaan mual dan eneg. Hooeeekkk…. Bagaimana kalau gado-gado, opor ayam, martabak telur hanya mampu dibayangkan kelezatannya tapi begitu terhidang di depan mata bayangan kelezatannya seketika hilang? Bagaimana kalau, jangankan menyantap, membaui bumbunya saja sudah membuat perut serasa diaduk-aduk tidak karuan?
Andai sepotong pizza adalah sebuah buku, rasanya saya akan melahap potongan pizza itu layaknya saya membaca lembar demi lembar buku self help yang saya miliki. Andai sepotong pizza adalah sebuah buku, rasanya saya akan menikmati tiap gigitannya seperti saya menikmati alur cerita dalam buku yang saya baca. Sayangnya, sepotong pizza adalah tetap sepotong pizza dan bukannya sebuah buku.
Nini bilang : “Minum vitamin B biar mualnya hilang.”
Aku bilang : “Nikmati saja dulu prosesnya. Kalau morning sicknessnya terasa sangat mengganggu aktivitas, baru deh vitamin B nya diminum. Menikmati sepotong pizza layaknya membaca sebuah buku? Aahh… pada kondisi sekarang, rasanya saya lebih memilih makan bubur kacang ijo yang sudah terbukti khasiat dan gizinya.

1 komentar:

DuniaBuku mengatakan...

Hotwin, blog kamu bakal tambah semarak kalo kamu berani bereksperimen! Trus, jangan puas hanya dengan satu dua tulisan. Terus nulis sampai ngerasa, nulis itu ternyata menyenangkan dan meluaskan wawasan kamu.OK

Pa Hadi